I.
JUDUL : PEMURNIAN SENYAWA ORGANIK
II.
HARI/TANGAAL :
Jum’at / 12-04-2013
III.
TUJUAN :
- Untuk
memisahkan dan memurnikan campuran dengan rekristalisasi.
- Untuk
menjernihkan dan menghilangkan warna larutan.
- Untuk
memilih pelarut sesuai untuk rekristalisasi.
I.
LANDASAN
TEORI
Rekristalisasi
merupakan salah satu cara pemurnian zat padat yang jamak digunakan, dimana
zat-zat tersebut atau zat-zat padat tersebut dilarutkan dalam suatu pelarut
kemudian dikristalkan kembali. Cara ini bergantung pada kelarutan zat dalam
pelarut tertentu di kala suhu diperbesar. Karena konsentrasi total impuriti
biasanya lebih kecil dari konsentrasi zat yang dimurnikan, bila dingin, maka
konsentrasi impuriti yang rendah tetapi dalam larutan sementara produk yang
berkonsentrasi tinggi akan mengendap.
(Arsyad,
2001)
Cara melakukan rekristalisasi yaitu
mula-mula molekul zat terlarut membentuk agnegat dengan molekul pelarut, lalu
terjadi kisi-kisi di zat antara molekul kristal yang membentuk disaring umum
dari larutannya. Ada 2 cara melakukan rekristalisasi, yaitu :
1.
Jika
pengotornya sedikit larut dalam pelarut, langkah yang harus dilakukan yaitu
campuran zat padat dengan pelarut panas disaring biasa hingga terpisahkan
antara zat pelarut (kerutan) dengan pengotor (titrat pelarut). Kemudian
mendinginkan dan menyaring zat terlarut dengan diisap hingga terbentuk pelarut
dan kristal.
2.
Jika pengotornya lebih larut dalam
pelarut, maka langkah yang harus dilakukan yaitu campuran zat padat dengan
pelarut panas yang menghasilkan larutan, kemudian didinginkan dan disaring
dengan diisap hingga terbentuk pelarut dan kristal.
(Syahmani. 2007)
Rekristalisasi merupakan teknik
pemisahan berdasarkan titik beku perbedaan titik beku komponen. Perbedaan itu
harus cukup besar dan sebaiknya komponen yang akan dipisah berwujud padat dan
lainnya cair pada suhu kanan. Contohnya garam dapat dipisahkan dari air karena
garam berupa padatan. Air garam bila dipanaskan perlahan dalam bejana terbuka,
maka air akan menguap sedikit demi sedikit. Pmanasan dihentikan saat larutan
tepat jenuh. Jika dibiarkan akhirnya terbentuk kristal garam secara perlahan.
Setelah pengkristalan sempurna, garam dapat dipisahkan dengan menyaring.
(Syukri. 1999 : 16)
Zat padat umumnya mempunyai titk
lebur yang tajam (rentangan suhunya kecil), sedangkan zat padat amorf akan
melunak dan melebur dalam rentangan suhu yang besar. Partikel zat padat amorf sulit
dipelajari karena tidak teratur. Oleh karena itu, pembahasan zat padat hanya
membicarakan kristal. Suhu zat mempunyai bentuk kristal tertentu. Dua zat yang
mempunyai bentuk kristal yang sama disebut isomorfik (sama bentuk), contohnya
NaF dengan MgO ; K2SO4 dengan K2Sl04
dan dengan Cr2O3 dengan Fe203. Zat
isomorfik tidak terlalu dapat mengkristal bersama secara homogen. Artinya satu
partikel tidak dapat menggantikan kedudukan partikel lain. Suatu zat yang
mempunyai dua kristal atau lebih disebut polimurfik (banyak bentuk).
(Keenan. C.W. 1999)
Rekristalisasi merupakan metode yang
sangat penting untuk pemurnian komponen larutan organik. Ada 7 metode dengan
rekritalisasi yaitu : memiih pelarut, melarutkan zat pelarut, menghilangkan warna
larutan, memindahkan zat padat, mengkristalkan larutan, mengumpul dan mencuci
kristal, mengeringkan produknya (hasil).
(Bird Tony. 1987)
II.
ALAT
DAN BAHAN
·
Alat
=
-
Gelas
kimia 100 ml.
-
Cororng
Buchner.
-
Cawan
penguap.
-
Kertas
saring.
-
Gelas
wool (kapas).
-
Penangas
(1 set).
·
Bahan
=
-
Air
suling.
-
Asam
benzoat.
-
Naftalen.
III.
PROSEDUR
KERJA
A.
Prosedur
Percobaan Rekritalisasi
à dimasukkan
ke dalaam gelas kimia 100 ml.
Ã
dipanaskan sampai timbul gelembung –
gelembung.
à ke dalam gelas kimia ke-2
à ditambahkan air panas sedikit demi sedikit sampai larut semua asam benzoat.
à disaring semua endapn dengan corong dalam
keadaan panas.
à siram endapan dengan air panas, didinginkan
sampai terbentuk kristal.
à disaring dengan corong.
à dikeringkan.
à uji titik leleh dalam bentuk
kristalnya.
B. Sublimasi.
à dimasukkan ke dalam cawan penguap.
à ditutup dengan kertas saring
yangtelah di lubangi kecil.
à sumbat
corong dengan benang wol/kapas.
à dipanaskan dengan penangas.
à dihentikan pembakaran setelah semua
zat disublimasi habis ± 5 menit.
à ujilah titik leleh dan bentuk
kristalnya.
I.
DATA PENGAMATAN
1) Rekristalisasi.
Membentuk
kristal berbentuk jarum.
Massa
asam benzoat 0,5 gram.
2) Sublimasi.
Waktu
meleleh = 3 menit.
Massa
naftalen = 1,5 gram.
Setelah
dipanaskan terbentuk serbuk kristal dan berbau kapur barus (kapur pembasmi
serangga).
II.
PEMBAHASAN
1. Rekritalisasi.
Pada percobaan
rekristalisasi ini yang pertama dilakukan yaitu memanaskan 50 ml air suling pada
gelas kimia 100 ml hingga timbul gelembung – gelembung. Setelah itu masukkan
0,5 gram asam benzoat tercemar ke dalam gelas kimia 100 ml yang lain, kemudian
tambahkan air panas tersebut sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga larut
semua. Dengan menggunakan corong Buchner saring campuran tersebut dalam keadaan
panas, dan tampung filtratnya dalam gelas kimia, kemudian endapan yang
tertinggal disiram dengan air panas. Setelah itu filtrat dijenuhkan dan
didinginkan dalam es sehingga berbentuk kristal.
Asam benzoat C7H6O2
atau C6H5COOH adalah padatan kristal berwarna putih dan
merupakan asam karboksilat aromatik yang paling sederhana. Nama asam ini berasal dari sum benzoin (getah kemenyan)
yang dahulu merupakan satu-satunya sumber asam benzoat. Asam lemah ini beserta
garam turunannya digunakan sebagai pengawet makanan. Asam benzoat adalah prekusor
yang penting dalam sintesis banyak bahan-bahan kimia lainnya.
Dari hasil pengamatan
dapat diketahui teknik pemurnian zat padat dari pencemarnya yang dilakukan
dengan mengkristalakan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut
yang sesuai prinsip dasar dari proses rekristalisasi adalah perbedaaan
kelarutan antara zat yang dimurniakan dengan zat pencemarnya.
Syarat-syarat pelarut
yang sesuai adalah sebagai berikut :
1.
Pelarut tidak bereaksi dengan zat yang
dilarutkan.
2.
Pelarut hanya dapat melarutkan zat yang
akan dimurnikan dan tidak melarutkan zat pencemarnya.
3.
Titik didih pelarut harus rendah. Hal ini
akan mempermudah proses pengeringan kristal yang terbentuk.
4.
Titik didih pelarut harus rendah dari
titik leleh. Zat yang akan dimurnikan agar zat tersebut tidak terurai.
Kemudahan
suatu endapan dapat disaring tergantung sebagian besar pada struktur morfologi
endapan, yaitu bentuk dan ukuran-ukuran kristalnya. Semakin besar
kristal-kristal yang terbentuk berlangsungnya endapan, makin mudah mereka dapat
disaring dan mungkin sekali meski tak boros. Makin lepas kristal-kristal itu
akan turun keluar dari larutan yang lagi-lagi akan membantu penyaringan. Bentuk
kristal juga penting. Struktur sederhana seperti kubus dan jarum, sangat
menguntungkan karena mudah dicuci setelah disaring. Kristal dengan struktur
yang lebih kompleks yang mengandung lekuk-lekuk dan lubang-lubang akan menahan
/ cairan induk, bahkan setelah dicuci dengan seksama. Dengan endapan yang
terdiri dari kristal-kristal demikian pemisahan kualitatif lebih kecil
kemungkinannya bisa tercapai.
Urutan kristal yang terbentuk selama pengendapan tergantung
pada dua faktor penting, yaitu laju pembentukan inti (nukleusi) dan laju
pertumbuhan kristal. Jika laju pembentukan inti tinggi, banyak sekali kristal
akan terbentuk, tetapi tak satupun dari ini akan tumbuh menjadi terlalu besar.
Endapan yang terdiri dari partikel-partikel kecil laju pembentukan ini
bergantung pada derajat lewat jenuh dari larutan. Makin tinggi derajat lewat
jenuh, maka besarlah kemungkinan untuk membentuk inti baru. Jadi makin besarlah
laju pembentukan inti, laju pertumbuhan kristal merupakan faktor lain yang
mempengaruhi ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan berlangsung. Jika
laju ini tinggi kristal-kristal yang besar akan terbentuk yang dipengaruhi oleh
derajat lewat jenuh.
2.
Sublimasi.
Sublimasi yang
dilakukan yaitu memasukkan 0,5 gram naftalen tercemarin ke dalam cawan penguap.
Kemudian tutup permukaan cawan penguap dengan kertas saring yang dibuat
lubang-lubang kecil. Setelah itu sumbat corong dengan gelas wool atau kapas
atau tissue dan letakkan cawan tersebut diatas kaca dari pembakar, nyalakan api
kecil kurang lebih 5 menit setelah semua zat yang akan disublimasikan habis
pembakaran dihentikan, kemudian terbentuk kristal-kristal pada kertas saring
dan corong.
Pada umumnya perubahan
tingkat wujud berlangsung menurut pola padat-cair-gas atau kebalikannya. Ada
beberapa zat yang dapat berubah langsung dari keadaan uap ke keadaaan padat
yang disebut menyublim. Sifat demikian dimiliki oleh unsur yodium, naftalen,
belerang, zat padat. Pada umumnya mempunyai bentuk kristal tertentu seperti kubus, heksagonal,
monolum, dan sebagainya.
Pada proses sublimasi
ini transisi dari wujud padat ke gas membutuhkan wujud antara. Namun untuk
beberapa antara wujudnya bisa langsung berubah ke gas tanpa harus mencair, ini
bisa terjadi apabila tekanan udara pada zat tersebut terlalu rendah untuk
mencegah molekul-molekul ini melepaskan diri dari wujud padat.
Kristal adalah suatu padatan yang atom,
molekul, atau ion penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang
melebar secara dimensi. Secara umum, zat cair membentuk kristal ketika
mengalami proses pemadatan pada kondisi ideal, misalnya bisa berupa kristal
tunggal yang semua atom-atom dalam padatannya “terpasang” pada kisi atau
struktur kristal yang sama, tapi secara umum kebanyakan kristal terbentuk
secara samulkan sehingga menghasilkan padatan polikristalin. Misalnya, kebanyakan
logam yang ditemui sehari-hari merupakan polikristal. Struktur kristal terjadi
pada semua kelas material, dengan semua jenis ikatan kimia hampir semua ikatan
logam ada pada kondisi polakristalin logam amorf atau kristal tunggal harus
diprduksi secara sintesis dengan kesulitan besar. Kristal ikatan ion dapat
terbentuk saat pemadatan garam, baik dari lelehan cairan maupun kondensasi
larutan. Kristal ikatan kovalen juga sangat umum, contoh nya adalah inion,
silik, dan grafit. Material polimer umumnya akan membentuk bagian-bagian kristalin,
namun panjang molekul-molekul biasanya mencegah pengkristalan penyeleruh. Gaya
Van Der Waals lemah juga dapat berperan dalam strktur kristal, contoh jenis
ikatan inilah yang menyatukan lapisan-lapisan berpola heksagonal pada grafis.
Kebanyakan material kristalin memiliki berbagai jenis cacat kristalografis.
Jenis dan struktur cacat-cacat tersebut dapat berefek besar pada material
tersebut.
III.
DISKUSI
Pada percobaan rekristalisasi asam
benzoat yang diperoleh belum benar-benar murni. Hal ini disebabkan oleh adanya
faktor penyebabnya seperti pada saat penghancuran zat yang masih ada
butiran-butiran kecil yang belum benar-benar hancur. Proses penyaringan yang
tidak seluruhnya masih ada pengotor yang terikat.
Hal ini dikarenakan zat yang mudah
menggumpal ketika suhu airnya sudah tidak panas lagi dan saat penyaringan
memungkinkan adanya zat yang keluar dari sela-sela kertas saring dan ikut jatuh
sehingga tidak tersaring lagi.
Pada percobaan sublimasi adanya
banyak sublimasi yang kurang murni dan di karena antara corong dan cawan
penguap yang berbeda ukuran jadi ada uap yang keluar sehingga tidak semua uap
padatan naftalen yang berubah menjadi kristal.
IV.
KESIMPULAN
Untuk melakukan kritalisasi yang
baik, kita dapat melakukannya dengan cara menambahkan naftalen dengan air
panas, agar naftalen tidak cepat menggumpal sehingga naftalen yang dihasilkan
merupakan kristalin seperti busa putih bersih.
Pelarut yang cocok untuk
rekritalisasi adalah pelarut yang tidak bereaksi dengan zat padat yang akan di
kritalisasi, zat padatnya harus mempunyai kelarutan terbatas pada suhu
kritalisasi dan titik didih pelarut tidak melebihi titk leleh zat padat yang
akan dikristalisasi, sehingga larutan yng akan dikristalisasi didapat dengan
murni.
Sublimasi yang dilakukan untuk zat
naftalen adalah mengubah padatan naftalen yang telah dibungkus oleh kertas
saring menjadi uap dan uap yang didapat terkondensasi langsung menjadi kristal
putih dalam bentuk padatan yang mengkilap.
V.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Kimia Organik. 2013 . Penuntun Kimia Organik. Jambi :
UNJA.
Syukri. 1999. Kimia Dasar 3. ITB. Pres : Bandung.
Arsyad,
M. Natsir. 2001. Kamus Kimia Arti dan
Penjelasan Istilah. Gramedia : Jakarta.
Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Unsur. Jakarta : Binarupa Aksara.