Percobaan
II
I.Judul : Penentuan Titik Leleh dan Titik Didih
II.Hari/tanggal : Jum’at,
12 April 2013
III. Tujuan : 1. Menentukan titik leleh suatu senyawa
2.
menentukan titik didih suatu senyawa
3. mengidentifikasi zat dengan menggunakan titik
didih dan titik leleh
IV. Landasan teori :
Titik didih suatu cairan
ialah temperatur pada mana tekanan uap yang meninggalkan cairan sama dengan
tekanan luar. Bila tekanan uap sama dengan tekanan luar (tekanan yang
dikenakan), mulai terbentuk gelembung-gelembung uap dalam cairan. Karena
tekanan uap dalam gelembung sama dengan tekanan udara, maka gelembung itu dapat
mendorong diri lewat permukaan dan bergerak ke fase gas di atas cairan,
sehingga cairan itu mendidih (Fredi, 2009).
Yang disebut mendidih
adalah wujud saat gelembung terbentuk dengan giat. Titik didih itu sendiri
temperaturnya. Ketika titik didih pada tekanan atsmosfer 1 atm itulah yang
disebut titik didih normal. Titik didih juga adalah salah satu sarana untuk
mengidentifikasi zat. Identifikasi zat kini dilakukan sebagian besar dengan
bantuan metoda spektroskopi, tetapi data titik didh diperlukan untuk melaporkan
cairan baru (Agus, 2011).
Titik Didih suatu zat
cair dipengaruhi oleh tekanan udara, artinya makin besar tekanan
udara makin besar pula titik didih zat cair tersebut. Pada tekanan dan
temperatur udara standar (76 cmHg, 25ºC) titik didih air sebesar 100ºC. Artinya
pelarut murni akan mendidih bila tekanan uap jenuh pada permukaan cairan sama
dengan tekanan udara luar. Pada sistem terbuka, tekanan udara luar adalah 760
mmHg (tekanan udara pada permukaan larutan) dan suhu pada tekanan udara luar
760 mmHg disebut titik didih normal. Titik didih suatu cairan adalah suhu pada
saat tekanan uap jenuh cairan itu sama dengan tekanan luar (tekanan yang
diberikan pada permukaan cairan). Dari definisi ini kita ketahui bahwa titik
didih cairan bergantung pada tekanan udara pada permukaan cairan. Itulah
sebabnya, titik didih air di gunung berbeda dengan di pantai. Pada saat tekanan
uap sama dengan tekanan udara luar maka gelembung-gelembung uap dalam cairan
bergerak ke permukaan dan masuk fase gas (Raharjo, 2010).
Ikatan
hidrogen merupakan gaya tarik menarik antara atom H dengan atom lain yang
mempunyai keelektronegatifan besar pada satu molekul dari senyawa yang sama.
Tarikan antar molekul yang luar biasa kuatnya, dapat terjadi antara
molekul-molekul, jika satu molekul mempunyai sebuah atom hidrogen yang terikat
pada sebuah atom berelektronegativitas besar, dan molekul sebelahnya mempunyai
sebuah atom berelektronegativitas tinggi yang mempunyai sepasang elektron
menyendiri (Anonim, 2009).
HF, H2O dan NH3
mempunyai titik didih yang luar biasa tinggi dibanding dengan anggota lainnya.
Fakta ini menunjukkan bahwa dalam senyawa tersebut terdapat ikatan hidrogen.
Ikatan jenis ini terjadi karena gaya elektrostatik yang khusus antara
dipol-dipol. Adanya ikatan hidrogen antarmolekul menyebabkan titik senyawa
relatif lebih tinggi dibandingkan dengan senyawa lain yang memilki berat
molekul sebanding. Titik didih senyawa golongan alkohol lebih tinggi daripada
senyawa golongan alkana, demikian juga titik didih air lebih tinggidaripada
aseton. Pengaruh ikatan hidrogen terhadap titik leleh tidak begitu besar karena
pada wujud padat jarak antarmolekul cukup berdekatan dan yang paling berperan
terhadap titik leleh adalah berat molekul zat dan bentuk simetris molekul.
Senyawa yang mampu membentuk ikatan hidrogen dalam air akan mudah larut dalam
air. Panjang atau pendeknya rantai karbon (gugus alkil-R) memiliki pengaruh
terhadap kelarutan senyawa dalam air (Anonim, 2009).
Titik didih dapat
digunakan untuk memperkirakan secara tak langsung berapa kuatnya Gaya tarik
antara molekul cairan. Cairan yang gaya tarik antar molekulnya kuat, titik
didihnya tinggi dan sebaliknya bila gaya tariknya lemah maka titik didihnya
rendah (Fredi, 2009).
Setiap larutan ataupun cairan murni memiliki
kebutuhan suhu yang berbeda-bedauntuk mencapai titik beku, titik cair, dan
titik didihnya masing-masing. Titik didih normalcairan murni atau larutan
adalah suhu pada saat tekanan uap mencapai 1 atm, karena zatterlarut menurunkan
tekanan uap, maka suhu larutan harus dinaikkan agar ia mendidih.Artinya, titik
didih larutan lebih tinggi dari pada titik didih pelarut murni. Peristiwa
inidisebut sebagai peningkatan titik didih, merupakan metode alternatif untuk
menentukkanmasa molar (Syukri, 1999)
V. Alat
dan bahan
Alat: Bahan:
1.
Korek api 1.
Isopropyl alcohol
2.
Karet gelang kecil 2.
Naftalen
3.
Thermometer 3.
maltosa
4.
Gelas kimia 4.
Alfa-naftol
5.
Pipa kapiler tertutup
6.
Sumber panas
7.
Tabung reaksi
VI. Prosedur
Kerja
1. Titik didih
1ml isopropil alcohol
→diletakkan dalam tabung
reaksi
thermometer
→diletakkan di luar
tabung reaksi dan diikat dengan karet
gelang.
→dimasukkan pipa kapiler
tertutup yang terbalik.
air hangat
→dimasukkan ke gelas
beker 100ml atau lebih dari setengah penuh
→diletakkan di atas
tabung reaksi agar permukaan alcohol lebih tinggi daripada tabung
→diletakkan di atas
penangas air
→diaduk berkala
→dipanaskan sampai
mendidih dan muncul gelembung dari pipa kapiler.
→dimatikan sumber
panasnya.
→diamati gelembung yang
muncul.
→dipanaskan lagi dan
diulangi proses pendinginan 2X lagi.
→dicatat suhunya dan
dibuat rata-rata tiap percobaan.
→dihitung kesalahan
antara titik didih praktikum dengan teori yang ada
Hasil
2. Titik leleh
sampel
(maltose, alfa-naftol, dan naftalen)
→didorongkan pada
ujung pipa kapiler yang terbuka
→dipindahkan ke ujung pipa kapiler
tertutup dengan diketukkan ke meja.
→diulangi sampai masuk kedalaman
1-2mm pada pipa kapiler.
pipa kapiler
→ditempelkan dengan thermometer
menggunakan karet gelang seperti gambar.
→dibuat penangas
air seperti sebelumnya dengan mengisi setengah penuh 100ml gelas beker.
→diletakkan di
penangas air agar permukaan bubuk sampel lebih tinggi daripada permukaan
penangas air.
gelas beker
→diletakkan di atas penangas air dan
diaduk.
→dicatat suhunya saat meleleh dan
dimatikan sumber panasnya.
→dibiarkan dingin dan mengkristal.
→diulangi prosedurnya 2X dan dibuat
rata-rata hasil.
→dibandingkan hasilnya dengan teori.
→dihitung
kesalahannya.
Hasil
V.
Data pengamatan
Bahan
|
temperatur
|
MPA
|
Naftalen
|
80
|
90
|
Maltose
|
140
|
160
|
Alfa-naftol
|
96
|
98
|
VI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan
dengan judul “Penentuan titik didih dan titik leleh” dengan tujuan untuk
menentukan titik didih suatu senyawa, menentukan titik leleh suatu senyawa, dan
untuk mengidentifikasi suatu senyawa dengan menggunakan titik didih dan titik
leleh.
1.
Penentuan titik didih
Titik didih cairan
adalah suhu di mana Point fase cair dan uap berada dalam kesetimbangan dengan
satu sama lain pada tekanan tertentu. Oleh karena itu, titik didih adalah suhu
dimana tekanan uap cairan sama dengan tekanan diterapkan pada cairan. Titik
didih pada tekanan 1 atmosfer disebut titik didih normal.
Titik didih suatu cairan
dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya suhu dan tekanan, berat
molekul, viskositas, massa jenis, adanya ikatan hidrogen dan pengaruh zat
terlarut. Faktor-faktor inilah yang membedakan titik didih tiap-tiap larutan.
Contohnya pada suatu
percobaan, dilakukan penentuan titik didih larutan di mana larutan yang akan
diteliti titik didihnya ada tiga macam larutan yaitu air, methanol, dan air
bercampur garam.
Untuk memanaskan larutan
sampel tersebut digunakan hot plate sebagai pemanas dan minyak sebagai media
perantara panas. Minyak digunakan sebagai media perantara karena dengan minyak,
sampel didalam tabung reaksi mendapat panas yang merata dan titik didih minyak
diketahui sangat tinggi sehingga ketika mendidihkan sampel minyak dapat lebih
lama bertahan sebagai media perantara. Bila media perantara memiliki titik
didih yang lebih rendah dari pada sampel, maka larutan media akan cepat
mendidih dan menguap dari pada sampel. Apabila hal ini terjadi, maka dapat
menghambat pengukuran titik didih dan hasil pengukuran tidak berjalan dengan
baik.
Larutan yang akan diamati
dapat diketahui titik didihnya dengan melihat angka pada termometer dengan
memperhatikan suhu perhentian dari termometer. Bila sudah mencapai titik
didihnya, suhu larutan tidak akan bertambah meskipun panasnya ditambahkan lebih
besar. Kalaupun panas ditambah, bukan suhu yang akan naik melainkan larutannya
perlahan-lahan akan menguap dan habis berkurang.
Adanya zat terlarut yang
tidak mudah menguap di dalam suatu pelarut akan menurunkan tekanan uap
pelarutnya, akibatnya tekanan uap larutan akan lebih kecil dibandingkan dengan
tekanan uap pelarut murninya. Dengan demikian semakin banyak energi yang
diperlukan untuk mencapai tekanan uap sebesar 1 atm, sehingga larutan akan memiliki
titik didih yang lebih tinggi. Sehingga dpat dituliskan: Pelarut + zat
terlarut non-volatil → larutan → tekanan uapnya rendah → titik didih menjadi
lebih tinggi dibandingkan pelarut murni. Berdasarkan perbandingan titik didih
air dengan larutan garam dapat diketahui bahwakenaikan titik didih larutan juga
akan semakin besar apabila konsentrasi (molal) dari zat terlarut semakin
besar.
2.
Penentuan titik leleh
Titik leleh dari senyawa
murni adalah temperatur dimana senyawa dalam keadaan padat dan cairan dalam
keadaan kesetimbangan pada tekanan 1 atmosfir. Jika energi panas padatan murni
sebanding dengan energi kisi maka kristal-kristal diikat membentuk unit molekul
, molekul-molekul kisi-kisi kristal menjauh dari sekitarnya.
Temperatur yang
diinginkan untuk perubahan dari susunan molekul dalam kisi-kisi kristal
(padatan) ke bentuk fluida (cairan) adalah ukuran dari daya tarik menarik antar
molekul-molekul. Titik leleh suatu zat yang lebih tinggi daya tarik menarik
antar molekul-molekul lebih besar. Senyawa-senyawa yang mempunyai berat molekul
yang sama, maka senyawa yang lebih polar dan yang mempunyai struktur molekul
yang lebih senetris yang mempunyai titik leleh lebih tinggi. Jadi titik leleh
suatu zat sangat tergantung dari struktur molekul yang merupakan salah satu
dimensi fisis dari suatu zat.
Titik leleh didefinisikan
sebagai temperatur dimana zat padat berubah menjadi cairan pada tekanannya satu
atmosfer. Titik leleh suatu zat padat tidak mengalami perubahan yang berarti
dengan adanya perubahan tekanan, oleh karena itu tekanan biasanya tidak dilaporkan
pada penentuan titik leleh, kecuali kalu perbedaan dengan tekanan normal
terlalu besar. Pada umumnya titik leleh senyawa organik mudah diamati sebab
temperatur dimana pelelehan mulai terjadi hampir sama dengan temperatur dimana
zat telah meleleh semuanya. Contohnya: suatu zat dituliskan dengab range titik
leleh 122,1o-122,4oC daripada titik lelehnya 122,3oC.
Jika zat padat yang
diamati tidak murni, maka akan terjadi penyimpangan dari titik leleh senyawa
murninya. Penyimpangan itu berupa penurunan titik leleh dan perluasan range
titik leleg, misalnya: suatu asam murni diamati titik lelehnya pada
temperatur 122,1o-122,4oC penambahan 20%
zat padat lain akan mengakibatkan perubahan titik lelehnya dari temperatur
122,1o-122,4oC menjadi 115oC-119oC.
Rata-rata titik lelehnya lebih rendah 5o dan range temperatur
akan berubah dari 0,3oC jadi 4oC.
Langkah pertama yang
kami lakukan pada penentuan titik leleh yaitu menyediakan pipa gelas kapiler
lalu dibakar ujungnya hingga tertutup. Kemudian dimasukkan sampel zat murni
atau campuran dari ujung lainnya. Zat murni yang kami gunakan adalah naftalen,
maltose, dan alfa-naftol. Lalu ujungnya dipadatkan dengan stik yang berlubang
di tengahnya hingga tinggi sampel lebih dari 2mm. lalu pipa kapiler diikatkan
dengan thermometer menggunakan benang. Lalu dimasukkan ke dalam Erlenmeyer yang
telah diisi air atau minyak dengan mengisi ⅔ Erlenmeyer dan sumbat
dengan gabus. Kemudian dipanaskan dan dicatat suhu saat tepat meleleh hingga
semua meleleh.
Setelah itu kami membandingkan
titik leleh hasil percobaan dengan menggunakan alat MPA (melting point
apppatus). Alat iini khusus digunakan untuk penentuan titik leleh dengan cara
digital. Sampel yang akan ditentukan titik lelehnya ditempatkan pada pipa gelas
kapiler setebal ±2mm.pipa kapiler ini akan ditempatkan pada pipa bagian atas.
Terdapat 3 lubang yang diameternya 3mm. lubang tengah untuk pipa kapiler yang
berisi sampel dan dua lubang lain diisi dengan pipa kapiler kosong (blanko).
Kemudian alat dihidupkan.
Dari percobaan yang
telah dilakukan, didapatlah data titik leleh beberapa zat yaitu: titik leleh
naftalen yaitu 80°C, sedangkan dengan MPA
yaitu 90°C. titik leleh maltose
dengan perhitungan manual yaitu 140°C, sedangkan dengan MPA yaitu 160°C. dan titik leleh
alfa-naftol adalah 96°C, sedangkan dengan MPA
adalah sebesar 98°C. dari data tersebut
dapat dilakukan perhitungan untuk menentukan persentase kesalahannya:
·
%
naftalen
Tl naftalen = 80°C
Tl naftalen (MPA) = 90°C
%naftalen =
·
% maltose
Tl maltose = 140°C
Tl maltose (MPA) = 160°C
% maltose =
·
% alfa-naftol
Tl alfa-naftol = 96°C
Tl alfa-naftol (MPA) = 98°C
% alfa-naftol =
Dari persentase kesalahan yang diperoleh dari
hasil perhitungan, dapat dinyatakan bahwa hasil percobaan tidak terlalu jauh
berbeda dengan teori, yaitu 11,11% untuk naftalen, 12,3% untuk maltose, dan
2,94% untuk alfa-naftol.
VII. Diskusi
1.
Penentuan titik leleh
Titik leleh senyawa organik mudah untuk diamati sebab
temperatur dimana pelelehan mulai terjadi hampir sama dengan temperatur dimana
zat telah habis meleleh semuanya.
Jika zat padat yang
diamati tidak murni , maka akan terjadi penyimpangan dari titik leleh senyawa
murninya yang berupa penurunan titik leleh dan perluasan range titik leleh.
Dalam menentukan titik leleh suatu zat,
adapun faktor-faktor yang mempengaruhi cepat atau lambatnya zat tersebut
meleleh adalah :
1. Ukuran Kristal
Ukuran Kristal sangat berpengaruh
dalam menentukan titik leleh suatu zat. Apabila semakin besar ukuran partikel
yang digunakan, maka semakin sulit terjadinya pelelehan.
2. Banyaknya Sampel.
Banyaknya sampel suatu
zat juga dapat mempengaruhi cepat lambatnya proses pelelehan. Hal ini
dikarenakan, apabila semakin sedikit sampel yang digunakan maka semakin cepat
proses pelelehannya, begitu pula sebaliknya jika semakin banyak sampel yang
digunakan maka semakin lama proses pelelehannya.
3. Pengemasan Dalam Kapiler.
• Pemanasan dalam suatu pemanas harus menggunakan
bara api atau panas yang bertahan.
• Adanya senyawa lain yang dapat mempengaruhi range
titik leleh.
Pada percobaan ini kami menggunakan senyawa
naftalen, maltose, dan alfa-naftol. Adapun titik leleh naftalen dengan percobaan
adalah 80°C, dan dihitung dengan alat MPA adalah 90°C. titik leleh maltose
dengan percobaan adalah 140°C, dan dihitung dengan alat MPa adalah 60°C. dan
titik leleh alfa-naftol dengan percobaan adalah 96°C, dan dengan alat MPA
adalahh 98°C. Dengan persentase kesalahan untuk titik leleh naftalen adalah
11,11%, maltose yaitu 12,5%, dan alfa-naftol adalah 2,94%.
Pemanasan dengan tingkat kenaikan suhu yang tinggi dan tidak
bertahap menyebabkan penyimpangan titik leleh dan perluasan range dari titik
leleh senyawa murninya.
X.Pertanyaan Pascapraktek
1. jelaskan pengertian
titik leleh dan titik didih titik autetik dan contoh!
Jawab
: Titik leleh adalah temperature di saat fase padat dan fase cair berada dalam
kesetimbangan di bawah tekanan 1 atm. Contoh titik leleh benzamide adalah
126-128°C .
Titik eutetik adalah
titik leleh komposisi hanya pada suhu eutetik. Contoh, kombinasi tertentu dari
timbale (Tl = 327°C ), dan bismuth (Tl =
269°C ) meleleh pada suhu 93°C.
2. Carilah titik leleh
senyawa berikut:
·
Naftalen
·
Asam benzoate
·
Glukosa
·
Maltose
·
Alfa-naftol
·
Asam oksalat
Jawab: Naftalen = 80-82°C, Asam benzoate =
121-122°C, Glukosa = 146°C, Maltose = 160-165°C, Alfa-naftol = 95-96°C, Asam oksalat = 95-140°C.
3.
Jelaskan pengaruh adanya zat pengotor dalam
suatu Kristal padat
(titik lelehnya)!
(titik lelehnya)!
Jawab: zat pengotor akan
mengganggu struktur Kristal yang akibatnya titik leleh senyawa akan lebih
rendah dari senyawa murninya dan trayek lelehnya makin rendah.
XI. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan
yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1.
Titik didih adalah temperature pada saat tekanan
uap dari cairan sama dengan tekanan atmosfer.
2.
Factor yang mempengaruhi titik didih yaitu suhu,
tekanan, berat molekul, viskositas, massa jenis, ikatan hydrogen, dan zat
terlarut.
3.
Titik leleh adalah tsaat fase padat dan fase
cair dalam keadaan setimbang di bawah tekanan 1atm.
4.
Factor yang mempengaruhi rentang titik didih
adalah kemurnian zat, sifat dan kekuatan intermolekuler, dll.
5.
Titik leleh naftalen, maltose, alfa-naftol dari
hasil percobaan berturut-turut adalah 80°C,140°C, 96°C dan hasil pengukuran
dengan MPA adalah 90°C, 160°C, dan 98°C.
XII. Daftar Pustaka
Fredi, 2009, Titik
Leleh dan Titik Didih, http://fredi-36-a1.blogspot.com/2009/11/titik-leleh-dan-titik-didih.html, 2/11/2011.
Hadyana, A. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
Fessenden. 1982. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
Oxtoby. 2001 prinsip-prinsipKimia Modern. Jakarta:
Erlangga.
Syukri. 1999. Kimia
Dasar I. Bandung : ITB.
Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
BalasHapusJika ya, silahkan kunjungi website ini www.kumpulbagi.com untuk info selengkapnya.
Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)
dapusnya kok ad yg gk lengkap ya sama sitasi
BalasHapus